Ada seorang ibu yang menemukan seekor singa di sebuah hutan di Cali, Kolombia. Sinag itu terluka parah dan hampir mati. Si ibu membawanya pulang dan merawatnya dengan penuh kasih hingga sembuh. Kemudian ia menyerahkan singa itu ke kebun binatang setempat supaya mendapat perawatan yang lebih baik.
Ada sebuah klip video berdurasi sekitar 40 detik itu berisi tayangan ketika suatu hari si ibu mengunjungi singa itu. Melihat ibu penyelamatnya datang, serta merta singa itu berdiri dan dari dalam kerangkeng, ia meraih dan memeluk erat si ibu dengan kedua kaki depannya. Si ibu pun mengusap-usap kepala singa itu. Mengharukan sekali.
Seekor binatang buas pun tahu berterima kasih kepada penyelamatnya. Lalu, bagaimana dengan manusia? Mirip dengan si ibu yang menyelamatkan singa yang terluka itu, Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia yang terluka, bahkan telah mati karena dosa-dosa dari manusia? Justru penolakan dan penyaliban! Sungguh ironis.
Kita tentunya tidak ingin mengulangi kesalahan manusia dua ribu yang lalu. Bayangkanlah kondisi kita yang terluka dan tanpa harapan; menolong, merawat, dan menyelamatkan kita, sehingga kita sembuh benar. Kita pulihkan. Adakah hidup kita sudah menunjukkan rasa berterima kasih yang menyukakan hati-Nya?
Kalau hewan saja tahu berterima kasih.
Kenapa kita tidak?
" Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui DIA "
~ Yoh. 3 : 17 ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar